Tuesday, May 19, 2020

Fisiologi Veteriner 1 "Laporan Sensorik Umum dan Refleks (SSP III)"

  

 

 

Hari/tanggal              : Kamis, 11 Oktober 2018

Waktu                       : 07.30-10.00 WIB

Nama Dosen             : Dr. Drh. Koekoeh Santoso

Asisten                      :Ratu Dinda Putri Desyana,   SKH

Kelompok/pararel     : 3/2

 

 

SENSORIK UMUM DAN REFLEKS ( SSP III )


Oleh:

 

                1. Arri Monikov                                    B04170181 

                2. *Novia Nur Ema Aulia                     B04170171     

                3. Ocha Tri Hani                                   B04170194     

                4. Vinieysha Loganathan                      B04178011     

                5. Roshini Muniandy                            B04178014     



 

 


 

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
 

PENDAHULUAN

Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensial aksi). Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmitter) (Isnaeni 2006). Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya atau dengan otot dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik. Pada transmisi sinaptik terjadi sinaps (hubungan) dimana akson dari suatu neuron sel presinaps akan berhubungan dengan dendrit, akson, atau badan sel neuron post sinaps. Terdapat dua jenis transmisi sinaptik yaitu transmisi sinaptik elektrik dan transmisi sinaptik kimiawi (Halwatiah 2009).

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Peristiwa gerak refleks, membutuhkan struktur organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya tidak menarik tangan dari benda panas, karena dengan sengaja menyentuh permukaan panas (Caroline 2009).

Unit dasar setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Jenis refleks dapat dikelompokan berdasarkan letak reseptor yang menerima rangsangan yaitu refleks eksteroseptif , timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan tubuh, refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alat dalam atau pembuluh darah (misalnya dinding kandung kemih dan lambung), refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka, tendo, dan sendi untuk keseimbangan sikap (Syaifuddin 2013).

 

METODE PRAKTIKUM 

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/ diskriminasi benda serta melakukan pemeriksaan berbagai refleks tubuh.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah stempel dengan garis kotak- kotak berjarak 1 mm x 1 mm, batang logam, jarum pentul, pinsil, estesiometer Von Frey, jangka Weber, penggaris, penutup mata (sapu tangan), beker glass, reflex hammer (palu refleks), kapas atau benang, senter, dan stopwatch. Sementara bahan yang digunakan adalah air es, air hangat 40o C, air suhu kamar, eter/ alkohol.

Prosedur Percobaan

- Penentuan letak reseptor di kulit ( Mekanoreseptor ).

Kulit telapak tangan kiri, lengan bawah bagian voler (dalam) dan kuduk dibatasi pada bagian tengah menggunakan stempel dan stempel pula kertas untuk mencatat hasil percobaan. Estesiometer Von Frey pada kotak terkecil (ukuran 1 mm x 1 mm) disentuhkan pada  orang percobaan (op) dengan kondisi tidak boleh melihat ke arah tempat percobaan. Bila op merasakan adanya sentuhan, op memberi kode dengan jari tangan kanan ke pemeriksa, tandai di kertas pencatat hasil pada kotak yang sama. Letak reseptor sentuh pada telapak tangan ditentukan melalui hasil penandaan pada kotak (ukuran 1 mm x 1 mm).

 

- Kemampuan diferensiasi ( Topognosis ).

Mata op ditutup dengan sapu tangan. Ujung pinsil ditekankan agak kuat pada kulit, hingga meninggalkan lekukan di kulit. Kemudian op disuruh menentukan tempat penekanan menggunakan pensil dalam keadaan mata masih tertutup. Jarak antara kedua titik (titik penekanan dan titik yang ditunjukkan op). diukur berdasarkan hasil percobaan tersebut, yang juga dilakukan pada bagian kulit ujung jari, lengan bawah bagian medial, dan kuduk. Jarak ini merupakan ukuran kesalah-tafsiran atau kemampuan diferensiasi op yang bersangkutan .

 

-  Diskriminasi dua titik.

Dua kaki jangka Weber  ditekankan pada kulit dengan jarak ke dua kaki jangka terkecil yang dirasakan op sebagai satu titik. Jarak kedua kaki jangka  dijauhkan sebesar 2 mm setiap kali dijauhkan. Jarak saat op sudah merasakan kedua kaki jangka sebagai dua titik terpisah, diukur berdasarkan dari hasil percobaan tersebut yang juga dilakukan pada ur Lakukan hal yang sama tetapi diawali dengan jarak terjauh ke dua kaki jangka yang nyata dirasakan sebagai 2 titik. Dekatkan jarak ke dua kaki jangka sebesar 2 mm setiap kali mendekatkan. Ukur jarak ke dua kaki jangka saat op merasakan kedua kaki jangka hanya sebagai satu titik saja. Ke dua percobaan di atas dilakukan dengan dua cara yaitu: ke dua kaki jangka ditekankan berurutan (suksesif) dan secara bersamaan (simultan). Tentukan jarak diskriminasi dua titik pada kulit ujung jari tangan, punggung tangan, lengan bawah dan lengan atas. Bandingkan hasil kedua cara (menjauhkan dan mendekatkan kaki jangka) penentuan diskriminasi dua titik di atas.

 

- Sifat rasa panas dan dingin ( Reseptor suhu ).

Air es, air hangat dan air biasa dimasukkan masing-masing ke dalam Beker glass. Lalu, satu jari tangan kanan dimasukkan ke dalam air es dan satu jari tangan kiri dimasukkan ke dalam air hangat. Kemudian kedua jari tadi secara serentak dimasukkan ke dalam air suhu kamar. Perbedaan yang dirasakan oleh kedua jari dituliskan dalam tabel. Punggung tangan kiri op ditempatkan di depan mulut sejauh ± 5 cm. Kulit tangan dihembus dengan udara pernapasan secara perlahan. Prosedur tersebut diulang dengan membasahi punggung tangan dengan air biasa dan alkohol. Perbedaan yang dirasakan oleh kedua jari dituliskan dalam tabel. 

 

- Refleks kedip mata (Corneal reflex).

Kornea mata atau silia mata disentuh dengan kapas atau benang. Gerak refleks yang terjadi ditulis ke dalam tabel.

 

- Refleks plantar.

Telapak kaki digaruk atau digores dengan ujung gagang reflex Hammer. Gerak plantar fleksi dari jari-jari kaki (pusat lumbal (L)5 – sacral (S)1 - saraf perifer n. tibialis) yang terjadi ditulis ke dalam tabel.

 

- Refleks masseter.

Mulut dari orang percobaan dibuka sedikit agar rahang bawah sedikit tergantung. Telunjuk atau ibu jari ditempatkan  di pinggir rahang dan dipukul dengan reflex hammer.

 

- Refleks patella (Knee jerk).

Tungkai difleksi pada sendi lutut membentuk sudut 120o . Tendon m. quadriceps femoris dipukul tepat di bawah patella. Terjadi ekstensi di sendi lutut, kontraksi m. quadriceps femoris (pusat di lumbal (L) 3 - L4, serat saraf perifer : n. femoralis). Hilangnya refleks patella dinamakan juga “Westphal sign”.

 

- Refleks tendon achilles (Ankle jerk).

Kaki dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 90o dengan tungkai bawah dan tidak terlalu tegang . Tendo akiles diketuk dengan palu refleks.

 

- Refleks cahaya (Refleks viseral).

Mata orang percobaan disenter sehingga terjadi kontaksi pupil.

 

- Refleks akomodasi (Refleks viseral).

Suatu objek didekatkan ke mata orang percobaan sehingga terjadi konstriksi pupil

 

- Waktu refleks.

Penggaris diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk tangan kanan kemudian penggaris dilepaskan dan orang percobaan harus menjepitkan kedua jari tersebut untuk menangkap penggaris Jarak waktu diukur dengan stopwatch, yaitu waktu antara dilepaskannya penggaris sampai tertangkapnya penggaris. Percobaan tersebut diulang sebanyak tiga kali dan diambil rata – ratanya. Catatan : waktu refleks makin lama atau panjang dipengaruhi oleh bertambahnya usia. Cara kedua : Orang percobaan dalam keadaan mata tertutup diberi perintah atau aba – aba menangkap penggaris yang dilepaskan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Tabel 1 Data hasil pengamatan sensorik umum

Jenis refleks

Hasil percobaan

           Mekanoreseptor            

Penentuan letak reseptor kulit

Telapak tangan kiri

Kotak kecil stempel tertandai semua

Lengan bawah bagian volar

Kotak kecil stempel tertandai semua

Kuduk

Kotak kecil stempel tidak tertandai 1

Topogonis

Ujung jari

0 cm

Lengan bawah

1,5 cm

Kuduk

0,5 cm

Diskriminasi dua titik

Kulit

Saat mendekat : 0,6 cm

Saat menjauh :0,7 cm

Punggung tangan

Saat mendekat : 1,2 cm

Saat menjauh : 1 cm

Lengan bawah

Saat mendekat : 0,9 cm

Saat menjauh : 1 cm

Lengan atas

Saat mendekat : 0,7 cm

Saat menjauh : 1,2 cm

Resetor suhu

Sifat rasa panas dan dingin

Jari tangan dalam air es dan air hangat

Jari tangan kanan terasa dingin

Jari tangan kiri terasa hangat

Jari tangan dalam air suhu kamar

Jari tangan kanan terasa hangat

Jari tangan kiri terasa dingin

Punggung tangan kering

Terasa hangat

Punggung tangan + tetesan air biasa

Terasa dingin

Punggung tangan + tetesan alkohol

Awalnya terasa dingin, lalu terasa panas


Tabel 2. Data hasil pengamatan gerak refleks

Gerak refleks

Perubahan

 

Refleks superficial

Refleks kedip mata

+

 

Refleks plantar

+

Refleks proprioseptif

Refleks masseter

+

 

Refleks patella

+

 

Refleks tendon achilles

+

Refleks visceral

Refleks cahaya

+

Pupil mengecil saat terkena cahaya

 

Refleks Akomodasi

+

Jarak jauh: pupil mengecil

Jarak dekat: Pupil membesar

Waktu refleks

Buka mata

0,78 detik

 

Tutup mata

0,64 detik

Keterangan:

(+)  : ada refleks, (-)    : tidak ada refleks

Refleks adalah respon organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan respons terdapat rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar maupun di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Lengkung refleks yang paling sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung refleks semacam itu dinamakan monosinaptik, dan refleks yang terjadi disebut refleks monosinaptik. Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Kedua jenis lengkung refleks, terutama pada lengkung refleks polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain (Sherwood 2001).

Terdapat dua macam refleks yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari , misalnya refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata dan refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilkan dengan belajar. Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan (Soewolo 1994). Hasil percobaan diperoleh data pengamatan yang sesuai dengan literatur. Reseptor meneruskan implus ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sehingga orang percobaan bisa menentukan letak reseptor pada bagian tubuh yang diberi perlakuan. Otak memproses semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan sehingga orang percobaan bisa bereaksi ketika merasakan adanya perubahan suhu pada bagian tubuh yang diberi perlakuan yang berbeda.

Refleks regang dinamik disebabkan oleh isyarat dinamik yang kuat dari muscle spindle. Refleks regang static dibangkitkan oleh isyarat kontinu reseptor static yang dihantarkan melalui ujung primer dan sekunder muscle spindle. Refleks regang negatif, bila suatu otot tiba-tiba diperpendek, terjadi efek yang berlawanan. Refleks ini menentang pemendekan otot tersebut dengan cara yang sama seperti refleks regang positif yang menentang pemanjangan otot (Guyton dan Hall 2008).

Hasil percobaan diperoleh data pengamatan yang sesuai dengan literatur. Pemukulan refleks Hammer pada bagian rahang bawah, dapat menggetarkan otot- otot pada bagian rahang bawah tersebut. Ketika dilakukan pengetukan tendo Achilles menyebabkan kontraksi otot gastrocnemius. Sementara pada pemukulan bagian petella, kaki bergerak kedepan seolah menendang. Otot- otot ekstenson lutut adalah quadriceps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Refleks regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Tujuan utama refleks regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. (Ganong 2003).

Hasil percobaan refleks viseral diperoleh data pengamatan yang sesuai dengan literatur. Ketika kornea mata orang percobaan disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus, mengahasilkan respon kedipan mata secara cepat. Hal ini disebabkan mata termasuk organ tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-benda asing. Refleks kornea adalah refleks tanpa sadar kelopak mata berkedip yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda asing) dari kornea atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Pupil mata akan lebih besar pada saat melihat benda yang jauh, dan akan mengecil bila melihat benda dalam jarak dekat. Hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah pengumpulan cahaya oleh daya akomodasi mata yang telah dijelaskan diatas. Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan cahaya merupakan contoh refleks otak. Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang. Sedangkan gerak lutut yang tidak disengaja merupakan gerak sumsum tulang belakang (Idel 2000).

Praktikum refleks pada telapak tangan sesuai dengan literatur. Tangan berusaha menangkap benda yang jatuh dikarenakan manusia memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar (Junqueira 1995).


SIMPULAN

Manusia memiliki sistem saraf yang dapat menghantarkan stimulus ke sistem saraf pusat sehingga menimbulkan respon. Rangsangan pada membran sel saraf dapat menyebabkan perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Gerak refleks tidak melibatkan kerja otak, melainkan sumsum tulang  belakang yang menghubungkan banyak interneuron. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah sehingga gerak refleks semakin lambat atau tidak dapat terjadi pergerakan sama sekali.

 

DAFTAR PUSTAKA

Caroline EP . 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta (ID):                                     Gramedia Pustaka Umum.

Ganong WF. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta (ID): EGC.

Guyton AC dan Hall JE. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta                         (ID): EGC.

Halwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar (ID): Alauddin Press.

Idel A .2000 . Biologi dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta (ID): Gitamedi Press.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Junqueira CL. 1995. Histologi Dasar. Jakarta(ID): ECG.

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta(ID):                               EGC.

Soewolo.1994. Fisiologi Hewan. Jakarta (ID): UT.

Syaifuddin.2013. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk                                  Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4 . Jakarta (ID): EGC.


 

2 comments:

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    ReplyDelete

Popular Posts

Batas Wilayah Negara

Batas Wilayah Negara I. Wilayah Negara Wilayah negara adalah daerah atau lingkungan yang menunjukkan batas-batas suatu negara, dimana dal...